Badri (1983) dalam laporannya menyatakan bahwa bentang alam di daerah Ilir Palembang, yaitu di
sebelah utara Air Musi, merupakan daerah pedataran
dan perbukitan bergelombang yang tersusun oleh endapan rawa dan aluvium. Air adalah nama setempat
di daerah Palembang yang berarti sungai.
Air Musi
bukan saja sebagai sungai terbesar di Pulau Sumatera
tapi juga sebagai sungai terlebar di Indonesia. Sungai
ini mempunyai lembah berbentuk U dan sudah berkelok-kelok (meandering) yang menandakan bahwa
sungai tersebut sudah pada stadium tua. Kedua faktor
tersebut memberikan dugaan bahwa Air Musi sudahmengalami perpindahan tempat beberapa kali. Air
Musi yang membelah Kota Palembang tersebut
sangat berpengaruh besar terhadap laju pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan di daerah itu.
Dengan
berkembangnya pemukiman dan industri di Kota
Palembang dan sekitarnya serta keberadaan Air
Musi, maka untuk penataan wilayah tersebut diperlukan informasi geologi. Sejauh ini informasi dasar
geologi, khususnya sedimen Kuarter di daerah ini
belum tersedia.
Dengan mempelajari sedimen Kuarter tersebut di
atas, di samping untuk mengetahui perkembangan
alur-alur sungai purba dan berubahnya lingkungan
terutama dataran banjir dan dataran aluvium, juga
untuk mengkaitannya dengan evolusi cekungan,
khususnya perkembangan alur sungai Musi purba.
Williams drr. (1993) menyatakan bahwa proses yang
mempengaruhi pembentukan sedimen selama kurun
waktu Kuarter, antara lain adalah: (a) perubahan
alas cekungan (baselevel) dan efek tektonik, (b)
keseimbangan wilayah tadah hujan (catchmentwater balance), dan proses erosi, serta (c) proses alur sungai. Kesemua faktor tersebut sangat penting
dalam perencanaan atau penataan wilayah sesuai
dengan daya dukungnya.
Bentang alam Ilir Palembang dapat dibedakan
menjadi daerah dataran dan perbukitan bergelombang. Daerah dataran yang memiliki ketinggian
kurang dari 50 meter (dpl), merupakan wilayah
dataran sungai dan rawa. Bentang alam perbukitan
bergelombang yang membentang pada ketinggian antara 50-100 m memiliki kemiringan lereng
berkisar antara 10 sampai 15%. Batuan yang menyusun morfologi ini adalah batuan sedimen yang
sudah mengalami perlipatan cukup kuat dengan
kemiringan tajam, terdiri atas perselingan batulempung, serpih, batulanau bersisipan batupasir, batula-nau tufan dengan sisipan batubara, tuf, tuf pasiran,
batupasir tufan, dan batuapung.
Gafoer drr. (1995) telah memetakan daerah ini
dalam peta geologi lembar Palembang berskala
1:250.000, sedangkan Badri (1983) memetakan
daerah ini lebih rinci lagi dengan skala 1:100.000
(Gambar 2). Batuan yang tersingkap di daerah
penelitian adalah Formasi Muaraenim yang berumur
Miosen. Formasi ini dibedakan menjadi Formasi
Muaraenim bagian bawah dan Formasi Muaraenim
atas yang ditutupi oleh sedimen Kuarter. Formasi
Muaraenim bagian bawah memiliki sebaran cukup
luas, serta umumnya telah mengalami perlipatan,
dan terdiri atas batulempung dan batulanau tufan
dengan sisipan batubara. Formasi Muaraenim
bagian atas terdiri atas batulempung serpihan abuabu kehijauan, bersisipan batubara tipis, batu pasir
halus karbonatan, dan batulanau. Formasi ini secara
selaras terletak di atas Formasi Muara Enim bagian
bawah. Akhirnya formasi tersebut ditutupi oleh
endapan rawa dan aluvium.